Terduduk lemas Vio melihat hasil Ujiannya selama 1 semester.Tak di sangka kalau nilainya kali ini lebih hancur dari pada yang kemarin.Entah apa yang membuatnya begitu.Yang jelas Vio kurang rajin dalam belajar."Astagfirullah,Vio......Kamu tu belajar nggak sih?Masa sampai separah itu......."Siska teman kosnya yang menemaninya untuk menjemput IP nya di Prodi mengomentari."Kamu tu kemana aja sih aktu kuliah?Astagfirullah......Tapi nggak pa-pa....Aku yakin kamu bisa...kamu haru semangat...jangan mikirin main terus.Aku yakin kamu bisa."Vio tidak bisa berkata apa-apa saat di dengar kalimat Siska yang mengkritiknya.Memang harus di akui,kalau belakangan ini ia sering main.Bukan belakangan ini saja.Kemarin-kemarin pun dia sering begitu.Vio masih punya rasa takut,minder dengan teman-temannya.Ia kurang berani minta bantuan pada teman-temannya untuk mengajarinya belajar.Ia masih minder dengan perasaannya sendiri.Entah apa yang membuatnya demikian.Yang membuatnya lebi sedih adalah jurusan yang di ambil bukan yang sesuai dengan keinginananya.Vio sudah berusaha untuk menjalaninya,tapi ketakutan akan dirinya sendiri,juga kejujuran akan dirinya sendiri ia belum punya.Ia selalu saja punya alasan untuk menghindari kuliah...Vio adalah anak satu-satunya yang di harapkan orang tuanya untuk menjadi anak yang berhasil.Tapi ia sangat kecewa dengan dirinya sendiri.SP masih banyak yang belum di selesaikan.Mungkin ia sanggup untuk menjalaninya.Tapi uang kedua orang tuanya mungkin tidak sanggup untuk terus mengalir membiayai kuliahnya.Ia terdudk kembali di kamar kos.Ia merenungu apa yang baru ia dapat.Dalam hatinya sudah merasa tidak sanggup untuk menghadapi apa yang ada di depan mata.Sampai-sampai teman satu kelasnya pun tidak ia beri tahu tentang IP nya.Ia menangis tersedu sambil menjijing pakaian kotornya.Hatinya merasa tidak sanggup untuk menjalani apa yang ada.Mungkin ia masih sanggup untuk belajar.Tapi uang dan biaya dari orang tua yang harusnya bisa di jadikan untuk membangun rumah,hanya habis di kuliahnya yang tidak membuahkan hasil.Vio ada kemauan,tapi ia tidak mau berusaha."Vio kenapa nangis?"Suara tante Nita memnghentikan tangisnya."Nggak ada kok,Tante."Jawabnya sambil duduk di depan tumpukan cucian.Kepalanya yang berat jadi bertambah berat saat mengingat kembali apa yang baru saja ia dapat.Beberapa hari ini Vio sering pusing saat memegang buku pelajaran.Ia merasa tidak sanggup.Begitu banyak yang harus di perbaiki."Tuhan...."'Rintihnya dalam tangisnya."Aku tidak sanggup untuk menghadapi semua ini.Aku memang tidak pernah menangis untuk cintaku pada laki-laki.Tapi aku selalu menangisi nasibku yang tidak pernah beruntung.Nasibku yang tidak pernah bisa sepertih anak-anak yang pintar pada umumnya.Aku nggak sanggup Tuhan kalau harus menghabiskan uang orang tuaku untuk kuliahku yang tidak sejalan dengan hatiku.Aku sayang dengan keluarga ku Tuhan....Aku nggak sanggup melihat rumah dan adik-adikku juga keponakan ku yang harusnya hidup enak jadi terhalang karena kuliahku yang hanya begini-begini saja.Lebih baik Kau ambil saja nyawaku Tuhan......Aku nggak sanggup kalau aku harus melihat kedua orang tuaku skit dan kecewa."Vio terbangun dari tridurnya.Tak terasa jarum telah menunjukkan pukul 19.00 WIB.Ternyata dari tadi Vio tertidur lelap karena streesnya.Muka kusutnya menggiringnya untuk menuju kamar mandi.Setelah selesai mandi tawanya bisa hadir dengan sendirinya.Namun tak selepas saat ia tertawa karena gembira.Saat tawa itu diam ia pun kembali teringat dengan nilai dan SP yang belum bisa di perbaiki.Dan wajah sedih itu muncul kembali.Vio memang tidak pernah menangisi seorang laki-laki yang tidak mencintainya atau laki-laki yang tidak bisa di dapatnya.Vio lebih sering menangisi keluarga juga nasibnya.Ia tidak bisa menangis untuk yang lain.Karena Vio tidak pernah merasakan cinta yang sebenarnya.Beso hari kedua Vio kuliah.Rasa-rasanya Vio sudah tidak sanngup lagi untuk menginjakkan kaki menuju kampus.Rasa malu pada teman-temannya sudah menumpuk di hatinya.Sebentar terlintas dalam hatinya untuk pindah kuliah dari KOMPUTER ke BAHASA yang memang menjadi hobbynya.Tapi harus berapa uang lagi yang ia keluarkan untuk mendaftar ke lain kampus.Sedangkan adiknya sendiri masih harus melanjutkan ke SMK.Sekolah yang menjadi idamannya."Langsung pulang,Vi?"Ano bertanya pada Vio yang masih bermuka kusut."Iya,kayaknya..."Hanya itu yang menjadi jawaban."Kenapa,sih?O,ya berapa IP mu?""Aku nggak bisa ngasih tau,No....Yang jelas aku cukup mengetahui sebatas mana kemampuan,Ku....""Behhh...behhhh....Emang berapa sih?Gitu banget...bannyak kok yag turun nilai temen-temen...""Tapi kan,mereka masih bisa di sebut nilainya.Gimana dengan aku...."Ano hanya bisa diam saat Vio berkata demikian.Tapi dalam hati Ano merasa kasihan.Vio sepertih kehabisa akal untuk mengatasi kuliahnya."Ntar aja pulangnya,kita nongkrong dulu di depan.Kamu kenapa sih nggak mau gabung gitu?"Ano membujuk Vio untuk kembali tersenyum.Vio sedikit tersenyum saat berkumpul bersama teman-temannya.namun tetap saja saat tawa itu diam sedih itu menghampiri Vio kembali.Sore itu,teman-teman satu kelas yang terbentuk dalam sebuah CLUB,'TEKNIK JARKOM' menantang rombongan anak-anak POLRESTA yang punya hobby basket untuk turun bermain di lapangan.Tentu saja Ano selalu menagajak Vio untuk ikut serta untuk sekedar menonton.Cukup menghibur.Tapi urat minder itu muncul kembali saat salah seorang anggota CLUB dari POLRESTA itu mengatakan kalau banyak yang mendapat nilai di atas 3.Kuping Vio langsung berdenging menguasai hatinya.Kegundahan kembali menyelimuti dirinya.Senyumnya hilang seketika.Anak-anak POLRESTA yang tergabung dalam FKIP HUKUM,tentu lebih pintar di banding dirinya.Bahkan mungin tidak ada sekuku hitam.Vio berdiri dari tempat duduk dan menyambar sebuah kunci motor VIXION milik temannya.Dan berjalan menuju parkiran."Belum selesai pertandingan.kok mau pulang."Tanya salah seorang anggota POLRESTA yang akrab di panggil Andi."Udah nggak sanggup."jawabnya singkat......Vio tak menghiraukan tatapan heran Andi yang menatap ke arah Vio.Dengan cepat di sambarnya motor VIXION itu.Tnpa menggunakan helm Vio meluncur dengan kecepatan tinggi.Namun siapa kira kalau Vio melayangkan badannya ke arah truk yang ada di depannya.Ia langsung terjerembab di bawah truk yang berhenti gara-gara melihat seseorang yang jatuh menghantam bagian depan truk.Kerumunan orang di sertai mobil-mobil POLISI dan AMBULANCE memacetkan jalan.Ano dan teman lainnya tak menyangka kalau Vio akan mengakhiri hidupnya dengan cara itu.Vio merasa tidak sanngup lagi untuk hidup dengan penuh beban.Apalagi itu menyangkut maasa depanya."Kenapa kamu lakukan itu sih Vi?"Ano menyesalkan hal itu."Mungkin dia tidak sanggup lagi,menghadapi kehidupan yang penuh liku-liku ini.Padahal ada masalah yang lebih berat dari masalah dia."Andi mengomentari kalimat yang di ucapkan Ano.
Seolah dia tahu apa yang ada di dalam benak Vio selama ini.
Di bawah mendung,Jenazah Vio di antarkan ke Rumah Sakit terdekat.Diringi oleh teman-teman kampusnya yang menyaksikan kematian Vio saat mereka hendak bertanding
Seolah dia tahu apa yang ada di dalam benak Vio selama ini.
Di bawah mendung,Jenazah Vio di antarkan ke Rumah Sakit terdekat.Diringi oleh teman-teman kampusnya yang menyaksikan kematian Vio saat mereka hendak bertanding
Tidak ada komentar:
Posting Komentar