Welcome to Blog Ghea INFO Thank you for your visit Indonesian Language Blog It Is To Use It In Your Language, Use Google Translate

Senin, 15 November 2010

CERPEN : catatan diam si penyendiri

Siapa aku…? Bagaimana aku bisa ada di sini…? Darimana…? Mengapa…? Dan Untuk apa...? pertanyaan itu telah mengganggu pikiranku sejak aku masih kecil, masih berumur 4 tahun, dan masih menyusu… bahkan sampai kini pun aku merasa masih belum menemukan jawabannya… kecuali hanya seberkas cahaya yang tak jelas… ketika pada saat itu aku merasa mulai dapat merasakan akan hidup ini dan bisa mengingat… Ingatan yang membuat catatan… catatan yang kini tak utuh lagi…

Seperti segumpalan awan yang berwarna-warni itu… yang begitu membuatku takjub… yang kemudian keesokan paginya ayahku mengajakku melihat puing-puing bekas kebakaran… ternyata dari sinilah awan yang elok tadi malam itu berasal… awan yang sebenarnya merupakan asap dari tempat yang terbakar ini… ah… pada saat itu aku yang kecil mulai menyimpulkan… setelah itu ayahku mengajak ke pedagang mainan… dan membelikan mainan pedang-pedangan untukku…

Pada waktu yang lain… ketika itu ayahku mengajakku keliling kota dengan becak esnya untuk mencari kayu buangan, sekedar sebagai kayu bakar… ah… di kota besar ini… mataku seringkali menetes bila mengingatnya… pada saat itu kami melewati sebuah perumahan sederhana… dan di sana halaman rumah tersebut ada seekor kelincin putih yang melompat-lompat… ah… cantik sekali kelinci itu… kelinci itu sedang bermain dengan tuannya, seorang anak perempuan… aku juga ingin punya kelinci seperti itu… ayahku tersenyum memperhatikanku… kemudian dia bernyanyi… “kelinciku… kelinciku…” aku tersenyum dan melanjutkan nyanyainnya…

Ah… beberapa catatan yang masih dapat terbaca olehku… selain juga ada beberapa catatan lain… namun aku tidak ingin membacanya lagi…

 ^(-_-)^

Ah… kini aku mulai bosan mencatat… karena setiap hari yang kucatat selalu hal yang sama dengan gerakan yang sama pula… kini tidak ada lagi cerita-cerita yang mampu menghiburku…

Pun tidak ada seorang teman… teman yang bisa membagikan ceritanya untuk menghiburku… teman yang mungkin dengannya dapat berbagi inspirasi, menulis cerita bersama… seperti mereka… meraka yang berbagi cerita, mereka yang berbagi suka duka… ah… mengapa begini… mengapa seperti ini…

Yah… sejak keluarga kami merantau… dan juga sering pindah-pindah rumah di negeri yang sebenarnya juga tempat kelahiranku ini… yah… aku memang dilahirkan di sini… di tanah rantu ini… tapi kemudian ayahku pulang kembali ke kotanya, saat itu aku masih berumur 8 bulan… dengan alasan, katanya dia belum merasakan hidup secara dewasa di kota kelahirannya…

Tapi kemudian setelah usiaku menginjak 6 tahun, ayahku merasa mulai sulit mencari ekonomi di kota ini… dan juga karena rasa rindunya dengan orang tuanya… yaitu ibunya… yang juga nenekku… ah… aku ingat…. Saat itu aku merengek-rengek ingin bertemu dengan nenekku… begitulah kemudian keluarga kami kembali ke negeri rantau ini… negeri rantau yang juga tanah kelahiranku sendiri…

Mungkin mencari ekonomi di sini memang lumayan lancar… tapi meski begitu… keluargaku sering pindah-pindah karena rumah kami memang masih mengontrak… tapi akhirnya kami bisa juga memiliki rumah sendiri… meski menyendiri di atas bukit di tengah hutan jauh dari para tetangga…

Ah… tapi aku senang… betapa damainya di sini… sepi… sendiri… sejuk… aku menyukai rumahku ini… rumah yang dikanan kirinya hanya ada tumbuhan, pepohonan, juga semak belukar yang berwarna hijau… ah… sungguh sejuk di pandang mata… membawa suasana kedamaian… ketenangan… yah… aku memang mulai suka menyendiri… karena memang… aku mulai terbiasa tidak mempunyai teman sejak kepindahan itu… yang diruntun dengan kepidahan-kepindahan yang lainnya… bahkan aku jadi merasa terganggu jika ada seseorang dalam kesendirianku…

Begitulah… hari-hari kujalani dalam kesendirian… meski mungkin banyak teman-teman di sekolahku… tapi aku merasa tidak seorang pun yang menemaniku… dan kini aku mulai bosan karena tidak ada sesuatu yang luar biasa atau menghiburku dalam catatan hari-hariku yang selalu sama…

Aku pikir percuma saja… tidak ada sesuatu pun yang mampu mencuri perhatianku, bahkan mungkin gempa bumi, gunung meletus, atau bahkan tsunami sekalipun… semuanya sama… semuanya hanyalah kekosongan lamunan seperti dalam kesepianku… kesendirianku… ah… percuma saja…  lebih baik aku di sini saja… aku sudah bosan… aku sudah capek… saat itu aku berada di atas pohon… tiduran… tidak masuk sekolah… yah… aku membolos…

Sampai satu minggu… ayahku pun menerima kabar… mengapa aku tidak masuk sekolah selama itu… betapa marahnya ayahku… dan saat itu aku tahu… karena tempatku membolos di dekat rumahku sendiri… yah… bukankah rumahku di tengah hutan… masuk ke dalam hutan itu pun sudah tak ada yang tahu…

Ayahku mau menghajarku… tapi ibu dan nenekku menghalanginya… yah… sepertinya ayahku pun merasa ini bukan sepenuhnya kesalahanku… karena orang tuanya inilah yang kurang memberi perhatian kepada anaknya… begitu aku bisa membaca pikiran ayahku… kemudian ayahku menasihatiku…

 ^(-_-)^

Ia melunasi seluruh biaya sekolahku… ah… Icha… sampai kapanpun aku tidak akan pernah melupakanmu… semenjak ayahku telah pergi meninggalkan aku di dunia fana ini… ah… ayah… maafkan aku… aku tidak akan melakukan kesalahan seperti itu lagi…

Aku tidak tau mengapa icha melakukan itu… yang aku tau pasti, aku tidak akan bisa membalas kebaikannya… bahkan aku tidak sepenuhnya bisa memperhatikan ketulusannya menyayangiku… ah… tidak icha… maafkan aku… aku merasa tidak pantas berteman dengan bidadari sepertimu…

Sampai akhirnya kami lulus… dan terpisah… sejak saat itu… aku baru merasa… betapa sebenarnya sungguh berartinya dirimu untukku… dan aku merasakan kehilangan yang kedua kalinya… setelah ayahku… aku merasa kehilangan dirimu icha sebagai bagian hidupku… sebagai sesosok yang sungguh aku butuhkan… tapi biarlah… mungkin ini adalah yang terbaik… aku akan selalu mendoakanmu… semoga engkau selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan, dan keselamatan… yah… mungkin hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membalas semua kebaikanmu…

 ^(-_-)^

Sepulang dari Jakarta… aku melihat Ibuku begitu kurus… tidak seperti dulu… ah… Ibu… maafkan aku yang tidak berbakti kepadamu… yang selalu mengecewakanmu… Ibu baru saja pulang setelah dia keluar dari pekerjaannya di Jakarta sebagai pembantu rumah tangga… hanya untuk membiayai sekolahku di tingkat menengah kejuruan ini…

Aku pun juga bersekolah dengan sungguh-sungguh namun tanpa meraih prestasi, meski sebenarnya aku juga bisa melakukannya… namun itu bukan sesuatu yang penting lagi untukku… karena ada sesuatu yang lebih penting… menemukan jawaban dari setiap pertanyaanku dulu…

Sebenarnya aku telah tau jawabannya… namun masih belum begitu jelas untukku... seandainya pun itulah jawabannya seperti yang ada dalam pikiranku ini… ah… betapa aku ingin kembali ke masa lalu… memperbaiki semua ini… semua kesalahan yang telah aku lakukan ini… terkadang aku juga berpikir seandainya aku ini adalah sebuah komputer… aku ingin mereset diriku… menghapus semua memori, memformat, dan menyeting ulang…

Ah… benar-benar pikiran bodoh… aku ini bukan komputer… pun seandainya aku bisa direset ulang seperti itu… semua yang sebelumnya telah terjadi pada diriku… pasti akan terjadi lagi… betapa tidak… karena memang jika itu terjadi, berarti pada saat itu aku tidak memiliki kenangan pengalaman yang merupakan pengetahuan sebagai acuan untuk bisa memperbaiki dan menjadi lebih baik… ah… memperbaiki diri pun belum terlambat… tidak perlu untuk mereset ulang seperti itu…

 ^(-_-)^

Aku menutup matanya setelah membisikkan tiga kali kalimat syahadad di telinganya… ah… ibu… semoga engkau tenang di sana… tidak perlu berberat hati meninggalkanku sendiri di sini… karena aku juga telah terbiasa sendiri… tidak perlu engkau berberat hati meninggalkanku… karena aku sungguh dengan ringan hati mengikhlaskanmu pergi dari dunia yang buruk ini… temuilah ayah… dan katakan padanya aku baik-baik saja… aku akan baik-baik saja… namun aku juga meminta maaf kepadamu ibu… jika selama di dunia ini aku masih belum juga bisa berbakti kepadamu… sampaikan juga maafku kepada ayah…

Hanya tinggal seorang nenek yang aku cintai di sini… aku ingin sekali bisa berbakti kepadanya… tapi apa yang bisa dilakukan oleh seorang pengangguran seperti aku ini… untuk kedua kalinya aku meminta izin kepada nenekku untuk pergi ke kota… untuk mencari pekerjaan… seperti dulu aku meminta ijin kepada Ibuku… ke kota tempat kelahiran ayahku…

waktu itu aku baru saja lulus sekolah… aku tidak tau mau kemana dan apa yang mesti aku lakukan setelah lulus ini… aku tidak tau… karena aku juga tidak punya teman… aku tidak tau mau menghubungi siapa… sebenarnya aku juga ingin kuliah seperti mereka… tapi itu tidak mungkin… yah… aku telah terlanjur menjadi seperti ini… sedang aku pernah membaca sebuah buku… jika engkau ingin berubah… maka tinggalkanlah tempat yang membuatmu menjadi seperti sekarang… pergilah ke tempat yang jauh… dan berubahlah… maka akupun pergi…

aku mulai belajar dari awal lagi… tentang hidup ini… aku masih belum menemukan pekerjaan yang cocok untukku… namun setiap aku dapat kesempatan untuk bekerja… sesulit apapun itu… aku akan lakukan… karena aku akan selalu ingat bagaimana saat aku tidak bekerja… maka aku bisa bersyukur untuk itu… sampai kemudian aku memutuskan untuk pulang kembali… dan setelah tiga minggu aku di rumah, terjadilah peristiwa itu… kecelakaan yang membuat ibuku meninggal…

untuk kedua kalinya aku kembali ke kota ini… kini aku telah mempunyai seorang teman… aku ke tempatnya… ah… betapa sulit saat itu… aku seperti dulu lagi… menyusahkan temanku… untuk seorang teman pengangguran yang tak tau diri ini…

tapi kini aku telah mempunyai pekerjaan… meski dengan penghasilan yang pas-pasan… aku akan mensyukurinya… toh sebenarnya kini aku tidak peduli lagi dengan hidup ini… aku akan jalani apa adanya… yang pasti kini… aku hanya ingiin berbuat baik dan beribadah… meski juga aku belum sepenuhnya bisa melakukannya… tapi aku akan selalu berusaha dan mencobanya… menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dalam berbuat baik dan beribadah…

aku ingin mengubah catatan diamku ini… cukup sudah kediamannya… kediaman untuk belajarnya… kini dia harus bergerak… bergerak untuk belajar dan berkarya… masih belum terlambat untuk berbuat baik…

Artikel Terkait:

Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar