Hasekura Tsunenaga
Hasekura Tsunenaga (lahir 1571 – meninggal 7 Agustus 1622) adalah samurai pengikut Date Masamune dari Domain Sendai pada awal zaman Edo di Jepang. Ia memimpin misi diplomatik ke Vatikan, dan melakukan perjalanan hingga Spanyol Baru (tiba di Acapulco dan berangkat dari Veracruz), serta singgah di berbagai pelabuhan di Eropa antara tahun 1613 dan 1620.
Nama lainnya adalah Rokuemon Nagatsune. Dalam buku sejarah Eropa, namanya ditulis sebagai Faxecura Rocuyemon.
Misi diplomatik ke Vatikan yang dipimpinnya disebut Misi Zaman Keichō yang dikirim sesudah Misi Zaman Tenshō. Sewaktu kembali ke Jepang, Hasekura dan delegasinya mengambil rute pelayaran yang sama seperti sewaktu berangkat menuju Meksiko pada tahun 1613. Kapalnya berlayar dari Acapulco ke Manila, lalu terus ke utara menuju Jepang pada tahun 1620. Ia dianggap sebagai duta besar Jepang pertama untuk Amerika dan Eropa.
Meskipun misi diplomatik Hasekura diterima dengan ramah di Eropa, misi berlangsung ketika Jepang sedang menuju ke zaman penindasan Kekristenan. Monarki Eropa seperti Raja Spanyol menolak perjanjian perdagangan seperti diusulkan Hasekura. Pada tahun 1620, Hasekura tiba kembali di Jepang, dan meninggal dunia karena sakit setahun kemudian. Misi diplomatiknya hanya sedikit membawa hasil karena pemerintah Jepang makin menerapkan kebijakan negara tertutup.
Misi diplomatik Jepang berikutnya ke Eropa dikirim 200 tahun kemudian setelah membuka diri dari isolasi selama dua abad. Jepang mengirim Misi Diplomatik Jepang Pertama ke Eropa pada tahun 1862.
Karier
Ia dilahirkan pada tahun 1571 dari ayah bernama Yamaguchi Tsunenari. Pamannya yang bernama Hasekura Tokimasa belum memiliki anak laki-laki, dan mengangkatnya sebagai anak. Setelah lahir putra Tokimasa (Hasekura Hisanari), Date Masamune memerintahkan harta keluarga sebesar 1.200 koku dibagi rata antara Tsunenaga dan Hisanari, masing-masing mendapat 600 koku.
Sewaktu Toyotomi Hideyoshi melakukan invasi ke Korea, ia ikut sebagai komandan senapan dan ashigaru. Namanya juga dicatat buku sejarah ketika diturunkan untuk menumpas Pemberontakan klan Kasai-klan Ōsaki.
Pada tahun 1612, ayahnya, Yamaguchi Tsunenari ditangkap dan dihukum mati pada tahun 1613. Tsunenari terbukti melakukan korupsi, tanah kekuasaannya disita, dan anak laki-lakinya harus dihukum mati. Namun Date Masamune memberi kesempatan Tsunenaga untuk menebus kesalahan. Ia diberinya tugas memimpin misi diplomatik ke Eropa, dan tanah milik keluarganya dikembalikan.
Kontak pertama Jepang dan Spanyol
Spanyol memulai perjalanan trans-Pasifik antara Spanyol Baru (Meksiko) dan Filipina pada tahun 1565. Galiung Manila mengangkut perak dari tambang-tambang di Meksiko ke entrepot Manila di Filipina koloni Spanyol. Di Manila, perak digunakan untuk membeli rempah dan barang dagangan yang dikumpulkan dari seluruh Asia, termasuk barang-barang dari Jepang (hingga tahun 1638). Rute perjalanan pulang galiung Manila yang dipetakan navigator Basque, Andrés de Urdaneta membawa kapal ke timur laut mengikuti Arus Kuroshio di lepas pantai Jepang, dan kemudian menyeberangi Pasifik melalui pantai barat Amerika Utara sebelum sampai di Acapulco.
Kapal-kapal Spanyol secara berkala terdampar di pantai-pantai Jepang akibat cuaca buruk, dan awak kapalnya memulai kontak dengan orang Jepang. Spanyol berkeinginan untuk menyebarluaskan Kekristenan di Jepang. Usaha memperluas pengaruh Spanyol di Jepang menemui perlawanan keras dari Serikat Yesuit yang sudah memulai pengabaran injil di Jepang sejak tahun 1549, serta Portugis dan Belanda yang tidak ingin persaingan dagang dengan Spanyol. Namun, beberapa orang Jepang, seperti Christopher dan Cosmas, diketahui lebih dulu menyeberangi Pasifik sebagai penumpang kapal galiung Spanyol paling tidak pada tahun 1587. Kabar tersebut diketahui dari pertukaran hadiah antara gubernur Filipina dan Toyotomi Hideyoshi. Dalam surat yang ditulisnya pada tahun 1597, Hideyoshi mengucapkan terima kasih untuk, "gajah hitam itu, terutama, menurut aku paling tidak biasa."
Pada tahun 1609, galiung Manila milik Spanyol, San Francisco dilanda cuaca buruk dalam pelayaran dari Manila ke Acapulco, dan kandas di pantai Jepang, di Chiba. Para pelaut diselamatkan dan disambut. Kapten kapal Rodrigo de Vivero, mantan gubernur interim Filipina bertemu dengan pensiunan Shogun Tokugawa Ieyasu. Rodrigo de Vivero menyusun perjanjian yang ditandatangani 29 November 1609. Isi perjanjian antara lain Spanyol diizinkan membangun sebuah pabrik di bagian timur Jepang, ahli pertambangan akan didatangkan dari Spanyol Baru, kapal-kapal Spanyol akan diizinkan singgah di Jepang dalam keadaan darurat, dan misi diplomatik Jepang akan dikirim ke istana di Spanyol.
Ekspedisi Jepang pertama ke benua Amerika
San Buena Ventura (1610)
Dalam rangka memenuhi perjanjian dengan Spanyol, biarawan Fransiskan, Luis Sotelo yang mengabarkan injil di Edo, mengusulkan kepada Tokugawa Ieyasu dan putranya, Tokugawa Hidetada, agar dirinya dikirim sebagai wakil ke Spanyol Baru (Meksiko) dengan menumpang kapal Spanyol. Namun Rodrigo de Vivero bersikeras agar keshogunan mengirim biarawan Fransiskan yang lain, Alonso Muños. Ia juga mengusulkan agar pelayaran ke Spanyol Baru memakai kapal Jepang supaya mereka diterima dengan ramah. Pada tahun 1610, Rodrigo de Vivero kembali ke Jepang. Ia mengajak beberapa pelaut Spanyol, pastor Fransiskan, dan 22 wakil Jepang yang dipimpin pedagang Tanaka Shosuke untuk berlayar memakai San Buena Ventura menuju Spanyol Baru. Kapal tersebut dibangun untuk keshogunan oleh petualang Inggris William Adams. Setiba mereka di Spanyol Baru, Alonso Muños bertemu dengan Viceroy Luis de Velasco yang setuju untuk mengutus penjelajah terkenal, Sebastian Vizcaino sebagai duta besar untuk Jepang. Misi tambahan ditugaskan kepada Vizcaino untuk menjelajahi "pulau perak dan emas" (Isla de Plata) yang waktu itu diperkirakan terletak di timur kepulauan Jepang.
Vizcaino tiba di Jepang pada 1611, dan melakukan berbagai pertemuan dengan shogun dan para daimyo. Pertemuan tersebut dinodai tingkah laku Vizcaino yang kurang menghargai adat istiadat Jepang, serta meningkatnya perlawanan terhadap penyebaran agama Katolik dan intrik-intrik orang Belanda untuk menghalangi ambisi Spanyol. Vizcaino akhirnya berangkat meninggalkan Jepang untuk mencari "Pulau Perak". Di tengah perjalanan, kapalnya dilanda badai, dan ia terpaksa kembali ke Jepang dengan kapal rusak berat.
San Sebastian (1612)
Sebuah kapal lainnya dibangun di Izu oleh Keshogunan Tokugawa di bawah pimpinan Menteri Angkatan Laut Mukai Shogen. Setelah selesai, kapal diberi nama San Sebastian, dan berangkat menuju Meksiko pada 9 September 1612. Ekspedisi bertujuan memajukan perjanjian dagang dengan Spanyol Baru, membawa Luis Sotelo serta dua orang wakil dari Date Masamune. Kapal karam beberapa mil dari Uraga, dan ekspedisi dibatalkan.
Proyek misi diplomatik 1613
Shogun kembali memutuskan untuk membangun galiung baru di Jepang untuk mengirim pulang Vizcaino ke Spanyol Baru bersama misi diplomatik Jepang yang didampingi Luis Sotelo. Kapal galiung tersebut diberi nama Date Maru oleh orang Jepang, atau San Juan Bautista oleh orang Spanyol. Pembangunan kapal berlangsung selama 45 hari, dikerjakan oleh ahli pembuatan kapal dari keshogunan. Menteri Angkatan Laut Mukai Shogen mengutus kepala tukang kayu (Shogen bersama rekannya, William Adams telah berpengalaman membangun beberapa kapal). Keshogunan mengerahkan 800 tukang kapal, 700 pandai besi, dan 3.000 tukang kayu. Shogun menunjuk Daimyo Sendai, Date Masamune sebagai pimpinan proyek. Masamune kemudian menunjuk Hasekura Tsunenaga untuk memimpin misi diplomatik ke Eropa.
"Kapal besar ini berangkat dari Toshima-Tsukinoura menuju Nanban pada bulan 9 tanggal 15 [kalender Jepang], dipimpin Hasekura Rokuemon Tsunenaga, dan bawahannya yang bernama Imaizumi Sakan, Matsuki Shusaku, Nishi Kyusuke, Tanaka Taroemon, Naito Hanjuro, Sonohoka Kyuemon, Kuranojo, Tonomo, Kitsunai, Kyuji, berikut beberapa pengikut Rokuemon, juga 40 orang Nanban, 10 orang wakil Mukai Shogen, beserta para pedagang, semuanya ada 180 orang." (Catatan klan Date, Keichō-Genna, Gonoi p. 56).
Misi diplomatik Jepang dikirim untuk membahas perjanjian dagang dengan tahta Spanyol di Madrid, sekaligus bertemu Paus di Roma. Date Masamune memperlihatkan itikad baik terhadap agama Katolik di domain yang dipimpinnya. Ia mengundang Luis Sotelo, dan mengizinkan penyebaran agama Kristen pada tahun 1611. Dalam surat Masamune yang ditujukan kepada Paus, dan disampaikan oleh Hasekura, ia menulis: "Saya menawarkan wilayah kekuasaan saya sebagai markas tugas misionaris Anda. Mohon kirimkan padri sebanyak mungkin."
Sotelo, dalam catatan perjalanan pribadinya, menekankan dimensi religius dari misinya, dan menulis bahwa tujuan utama dari misi tersebut adalah menyebarkan agama Kristen di utara Jepang:
"Saya dulu diutus sebagai duta besar oleh penguasa Kerajaan Oxu [Ōshū] (di bagian timur Jepang) Idate Masamune—walaupun belum dilahirkan kembali dengan cara dibaptis, ia telah menerima katekisasi, dan mengingini iman Kristen disebarkan di kerajaannya—beserta seorang bangsawan lainnya dari istana, Philippus Franciscus Faxecura Rocuyemon, diutus pergi ke Senat Roma, yang waktu itu dipimpin oleh Tahta Apostolik, Bapa Suci Paus Paulus V." (Luis Sotelo De Ecclesiae Iaponicae Statu Relatio, 1634).
Pelayaran trans-Pasifik
Kapal San Juan Bautista yang ditumpangi Hasekura berangkat pada 28 Oktober 1613 menuju Acapulco dengan membawa penumpang 180 orang, termasuk 10 samurai wakil shogun (diutus oleh Menteri Angkatan Laut Mukai Shogen Tadakatsu), 12 samurai dari Sendai, 120 pedagang Jepang, pelaut, pelayan, dan sekitar 40 orang Spanyol dan Portugis, termasuk Sebastian Vizcaino yang menurutnya, "tidak lebih dari seorang penumpang."
Spanyol Baru (Acapulco)
San Juan Bautista tiba di Tanjung Mendocino di tempat yang sekarang disebut California. Sesudah itu kapal berlayar menyusuri pesisir benua Amerika, dan tiba di Acapulco pada 25 Januari 1614. Pelayaran dari Jepang menuju Acapulco memakan waktu tiga bulan. Mereka menunggu di Acapulco hingga ada perintah cara mengatur perjalanan mereka berikutnya.
Perkelahian terjadi antara orang Jepang dan orang Spanyol, terutama Vizcaino, tampaknya karena beberapa perselisihan mengenai cara penanganan hadiah dari penguasa Jepang. Dalam sebuah jurnal kontemporer, sejarawan Aztek kelahiran Amecameca bernama Chimalpahin Quauhtlehuanitzin—nama resmi Domingo Francisco de San Anton Muñon—menulis bahwa Vizcaino terluka parah akibat perkelahian,
"Señor Vizcaino perlahan-lahan mulai sembuh, terluka ketika datang; orang Jepang melukai mereka ketika dia dipukuli dan ditusuk di Acapulco, seperti diketahui orang di Meksiko, karena semua hal yang berkaitan dengan apa yang telah menjadi tanggung jawabnya di Jepang."
Setelah perkelahian terjadi, perintah dikeluarkan pada 4 Maret dan 5 Maret untuk mendamaikan mereka. Perintah mengumumkan bahwa,
"Jepang tidak boleh memiliki kemampuan untuk menyerang di tanah ini, senjata mereka harus diserahkan hingga saat keberangkatan, kecuali Hasekura Tsunenaga dan delapan dari para pengikutnya ... Orang Jepang bebas pergi ke tempat yang mereka inginkan, dan harus diperlakukan dengan baik. Mereka tidak boleh diserang dalam bentuk kata-kata atau tindakan. Mereka bebas menjual barang-barang mereka. Perintah ini telah diumumkan ke orang Spanyol, orang Indian, orang mulato, orang mestizo, dan orang kulit hitam, dan mereka yang tidak menaati peraturan akan dihukum."
Spanyol Baru (Meksiko)
Misi Hasekura berada dua bulan di Acapulco sebelum memasuki Mexico City pada 24 Maret, dan diterima dengan upacara besar. Tujuan utama misi Hasekura adalah pergi ke Eropa. Hasekura dan rombongan tinggal beberapa lama di Meksiko sebelum berangkat ke Veracruz menaiki armada Don Antonio Oquendo.
Chimalpahin menulis tentang kunjungan Hasekura,
"Ini untuk kedua kalinya orang Jepang telah mendaratkan salah satu dari kapal-kapal mereka di pantai Acapulco. Mereka membawa ke sini segala sesuatu dari besi, dan meja tulis, dan sejumlah kain yang mereka jual di sini." (Chimalpahin, "Annals of His Time")
"Di Meksiko sini semua orang tahu dan katanya alasan penguasa mereka, Kaisar Jepang mengirim utusan bangsawan dan duta besar ke sini, adalah untuk pergi ke Roma untuk menemui Bapa Suci Paulus V, dan untuk menyerahkan kepatuhan mereka kepada gereja suci, supaya semua orang Jepang mau menjadi pemeluk Kristen." (Chimalpahin," Annals of His Time ").
Tempat menginap Hasekura adalah sebuah rumah di dekat Gereja San Francisco. Hasekura bertemu dengan Viceroy (wakil raja), dan menjelaskan bahwa dirinya juga memiliki rencana bertemu Raja Philip III di Spanyol. Misinya adalah menawarkan perdamaian dan meminta izin agar Jepang diizinkan datang ke Meksiko untuk berdagang. Pada hari Rabu 9 April, 20 orang Jepang dibaptis, 22 orang lainnya menyusul dibaptis pada 20 April oleh Uskup Agung Meksiko, don Juan Pérez de la Serna di Gereja San Francisco. Semuanya ada 63 orang yang menerima sakramen penguatan pada 25 April. Hasekura menunggu hingga sampai di Eropa agar bisa dibaptis di sana.
"Tapi utusan agung, duta besar, tidak mau dibaptis di sini, dikatakannya bahwa dirinya akan dibaptis kemudian di Spanyol." (Chimalpahin, "Annals of His Time")
Meninggal dunia
Keadaan Hasekura setelah kembali dari misi diplomatik tidak banyak diketahui orang. Sejarawan Kristen kontemporer hanya dapat mengandalkan kabar burung, termasuk beberapa rumor, mulai dari berita ia meninggalkan agama Kristen, menjadi martir, hingga mempraktikkan Kristen secara rahasia. Nasib keturunan dan para pengikutnya yang kemudian dihukum mati karena menganut Kristen, menunjukkan bahwa Hasekura pribadi tetap seorang penganut Kristen yang taat, dan meneruskan imannya kepada para anggota keluarga.
Sotelo kembali ke Jepang, namun tertangkap dan dieksekusi pada tahun 1964 dengan cara dibakar. Sebelum dieksekusi, ia memuji Hasekura yang tiba kembali di Jepang sebagai pahlawan penyebar agama Kristen,
"Kolega saya yang lain, Duta Besar Philippus Faxecura, setelah bertemu raja yang disebutkan sebelumnya (Date Masamune), menerima penghormatan yang luar biasa darinya, dan memulangkannya ke tanah pribadi untuk beristirahat setelah perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan. Ia menikah, memiliki anak-anak, pelayan, dan banyak pengikut yang menjadi penganut Kristen, serta menganjurkan bangsawan lain yang masih kerabat dan handai-tolan untuk memeluk agama Kristen, dan mereka memang melakukannya. Sambil terlibat dalam kerja kerohanian ini dan itu, setahun penuh setelah kepulangannya, setelah memberi banyak pengarahan dan contoh-contoh yang baik, dengan banyak persiapan, ia meninggal dunia dengan saleh, setelah mewariskan kepada anak-anaknya penyebarluasan agama di tanah miliknya, dan perlindungan terhadap pekerja rohani (yakni "anggota ordo keagamaan") di kerajaan. Raja dan semua bangsawan sangat sedih atas wafatnya, tapi khususnya penganut Kristen dan para pekerja rohani yang tahu betul keutamaan dan semangat keagamaan dari pria ini. [Berita] ini adalah apa yang saya dengar dari surat salah seorang pendeta yang memberikan sakramen untuknya, dan sekaligus hadir pada saat kematiannya, dan juga dari orang-orang lain." (Luis Sotelo, De ecclesiae Iaponicae statu relatio).(Luis Sotelo, De ecclesiae Iaponicae statu relatio).
Sewaktu kembali ke Jepang, Hasekura juga membawa pulang beberapa benda-benda rohani. Ia tidak memberikannya kepada Masamune sebagai hadiah, melainkan disimpannya sebagai milik pribadi.
Hasekura Tsunenaga meninggal dunia pada tahun 1622 karena sakit (menurut sumber-sumber Jepang dan Kristen). Lokasi makamnya tidak diketahui dengan jelas. Tiga buah makam dinyatakan sebagai makam Hasekura, salah satunya ada di kuil Buddha, Enpuku-ji (Distrik Shibata, Prefektur Miyagi). Makam lainnya memiliki tanda-tanda yang jelas (bersama batu peringatan untuk Pastor Sotelo) di kuil Buddha, Kōmyō-ji (Sendai).
Hasekura Tsunenaga (lahir 1571 – meninggal 7 Agustus 1622) adalah samurai pengikut Date Masamune dari Domain Sendai pada awal zaman Edo di Jepang. Ia memimpin misi diplomatik ke Vatikan, dan melakukan perjalanan hingga Spanyol Baru (tiba di Acapulco dan berangkat dari Veracruz), serta singgah di berbagai pelabuhan di Eropa antara tahun 1613 dan 1620.
Nama lainnya adalah Rokuemon Nagatsune. Dalam buku sejarah Eropa, namanya ditulis sebagai Faxecura Rocuyemon.
Misi diplomatik ke Vatikan yang dipimpinnya disebut Misi Zaman Keichō yang dikirim sesudah Misi Zaman Tenshō. Sewaktu kembali ke Jepang, Hasekura dan delegasinya mengambil rute pelayaran yang sama seperti sewaktu berangkat menuju Meksiko pada tahun 1613. Kapalnya berlayar dari Acapulco ke Manila, lalu terus ke utara menuju Jepang pada tahun 1620. Ia dianggap sebagai duta besar Jepang pertama untuk Amerika dan Eropa.
Meskipun misi diplomatik Hasekura diterima dengan ramah di Eropa, misi berlangsung ketika Jepang sedang menuju ke zaman penindasan Kekristenan. Monarki Eropa seperti Raja Spanyol menolak perjanjian perdagangan seperti diusulkan Hasekura. Pada tahun 1620, Hasekura tiba kembali di Jepang, dan meninggal dunia karena sakit setahun kemudian. Misi diplomatiknya hanya sedikit membawa hasil karena pemerintah Jepang makin menerapkan kebijakan negara tertutup.
Misi diplomatik Jepang berikutnya ke Eropa dikirim 200 tahun kemudian setelah membuka diri dari isolasi selama dua abad. Jepang mengirim Misi Diplomatik Jepang Pertama ke Eropa pada tahun 1862.
Karier
Ia dilahirkan pada tahun 1571 dari ayah bernama Yamaguchi Tsunenari. Pamannya yang bernama Hasekura Tokimasa belum memiliki anak laki-laki, dan mengangkatnya sebagai anak. Setelah lahir putra Tokimasa (Hasekura Hisanari), Date Masamune memerintahkan harta keluarga sebesar 1.200 koku dibagi rata antara Tsunenaga dan Hisanari, masing-masing mendapat 600 koku.
Sewaktu Toyotomi Hideyoshi melakukan invasi ke Korea, ia ikut sebagai komandan senapan dan ashigaru. Namanya juga dicatat buku sejarah ketika diturunkan untuk menumpas Pemberontakan klan Kasai-klan Ōsaki.
Pada tahun 1612, ayahnya, Yamaguchi Tsunenari ditangkap dan dihukum mati pada tahun 1613. Tsunenari terbukti melakukan korupsi, tanah kekuasaannya disita, dan anak laki-lakinya harus dihukum mati. Namun Date Masamune memberi kesempatan Tsunenaga untuk menebus kesalahan. Ia diberinya tugas memimpin misi diplomatik ke Eropa, dan tanah milik keluarganya dikembalikan.
Kontak pertama Jepang dan Spanyol
Spanyol memulai perjalanan trans-Pasifik antara Spanyol Baru (Meksiko) dan Filipina pada tahun 1565. Galiung Manila mengangkut perak dari tambang-tambang di Meksiko ke entrepot Manila di Filipina koloni Spanyol. Di Manila, perak digunakan untuk membeli rempah dan barang dagangan yang dikumpulkan dari seluruh Asia, termasuk barang-barang dari Jepang (hingga tahun 1638). Rute perjalanan pulang galiung Manila yang dipetakan navigator Basque, Andrés de Urdaneta membawa kapal ke timur laut mengikuti Arus Kuroshio di lepas pantai Jepang, dan kemudian menyeberangi Pasifik melalui pantai barat Amerika Utara sebelum sampai di Acapulco.
Kapal-kapal Spanyol secara berkala terdampar di pantai-pantai Jepang akibat cuaca buruk, dan awak kapalnya memulai kontak dengan orang Jepang. Spanyol berkeinginan untuk menyebarluaskan Kekristenan di Jepang. Usaha memperluas pengaruh Spanyol di Jepang menemui perlawanan keras dari Serikat Yesuit yang sudah memulai pengabaran injil di Jepang sejak tahun 1549, serta Portugis dan Belanda yang tidak ingin persaingan dagang dengan Spanyol. Namun, beberapa orang Jepang, seperti Christopher dan Cosmas, diketahui lebih dulu menyeberangi Pasifik sebagai penumpang kapal galiung Spanyol paling tidak pada tahun 1587. Kabar tersebut diketahui dari pertukaran hadiah antara gubernur Filipina dan Toyotomi Hideyoshi. Dalam surat yang ditulisnya pada tahun 1597, Hideyoshi mengucapkan terima kasih untuk, "gajah hitam itu, terutama, menurut aku paling tidak biasa."
Pada tahun 1609, galiung Manila milik Spanyol, San Francisco dilanda cuaca buruk dalam pelayaran dari Manila ke Acapulco, dan kandas di pantai Jepang, di Chiba. Para pelaut diselamatkan dan disambut. Kapten kapal Rodrigo de Vivero, mantan gubernur interim Filipina bertemu dengan pensiunan Shogun Tokugawa Ieyasu. Rodrigo de Vivero menyusun perjanjian yang ditandatangani 29 November 1609. Isi perjanjian antara lain Spanyol diizinkan membangun sebuah pabrik di bagian timur Jepang, ahli pertambangan akan didatangkan dari Spanyol Baru, kapal-kapal Spanyol akan diizinkan singgah di Jepang dalam keadaan darurat, dan misi diplomatik Jepang akan dikirim ke istana di Spanyol.
Ekspedisi Jepang pertama ke benua Amerika
San Buena Ventura (1610)
Dalam rangka memenuhi perjanjian dengan Spanyol, biarawan Fransiskan, Luis Sotelo yang mengabarkan injil di Edo, mengusulkan kepada Tokugawa Ieyasu dan putranya, Tokugawa Hidetada, agar dirinya dikirim sebagai wakil ke Spanyol Baru (Meksiko) dengan menumpang kapal Spanyol. Namun Rodrigo de Vivero bersikeras agar keshogunan mengirim biarawan Fransiskan yang lain, Alonso Muños. Ia juga mengusulkan agar pelayaran ke Spanyol Baru memakai kapal Jepang supaya mereka diterima dengan ramah. Pada tahun 1610, Rodrigo de Vivero kembali ke Jepang. Ia mengajak beberapa pelaut Spanyol, pastor Fransiskan, dan 22 wakil Jepang yang dipimpin pedagang Tanaka Shosuke untuk berlayar memakai San Buena Ventura menuju Spanyol Baru. Kapal tersebut dibangun untuk keshogunan oleh petualang Inggris William Adams. Setiba mereka di Spanyol Baru, Alonso Muños bertemu dengan Viceroy Luis de Velasco yang setuju untuk mengutus penjelajah terkenal, Sebastian Vizcaino sebagai duta besar untuk Jepang. Misi tambahan ditugaskan kepada Vizcaino untuk menjelajahi "pulau perak dan emas" (Isla de Plata) yang waktu itu diperkirakan terletak di timur kepulauan Jepang.
Vizcaino tiba di Jepang pada 1611, dan melakukan berbagai pertemuan dengan shogun dan para daimyo. Pertemuan tersebut dinodai tingkah laku Vizcaino yang kurang menghargai adat istiadat Jepang, serta meningkatnya perlawanan terhadap penyebaran agama Katolik dan intrik-intrik orang Belanda untuk menghalangi ambisi Spanyol. Vizcaino akhirnya berangkat meninggalkan Jepang untuk mencari "Pulau Perak". Di tengah perjalanan, kapalnya dilanda badai, dan ia terpaksa kembali ke Jepang dengan kapal rusak berat.
San Sebastian (1612)
Sebuah kapal lainnya dibangun di Izu oleh Keshogunan Tokugawa di bawah pimpinan Menteri Angkatan Laut Mukai Shogen. Setelah selesai, kapal diberi nama San Sebastian, dan berangkat menuju Meksiko pada 9 September 1612. Ekspedisi bertujuan memajukan perjanjian dagang dengan Spanyol Baru, membawa Luis Sotelo serta dua orang wakil dari Date Masamune. Kapal karam beberapa mil dari Uraga, dan ekspedisi dibatalkan.
Proyek misi diplomatik 1613
Shogun kembali memutuskan untuk membangun galiung baru di Jepang untuk mengirim pulang Vizcaino ke Spanyol Baru bersama misi diplomatik Jepang yang didampingi Luis Sotelo. Kapal galiung tersebut diberi nama Date Maru oleh orang Jepang, atau San Juan Bautista oleh orang Spanyol. Pembangunan kapal berlangsung selama 45 hari, dikerjakan oleh ahli pembuatan kapal dari keshogunan. Menteri Angkatan Laut Mukai Shogen mengutus kepala tukang kayu (Shogen bersama rekannya, William Adams telah berpengalaman membangun beberapa kapal). Keshogunan mengerahkan 800 tukang kapal, 700 pandai besi, dan 3.000 tukang kayu. Shogun menunjuk Daimyo Sendai, Date Masamune sebagai pimpinan proyek. Masamune kemudian menunjuk Hasekura Tsunenaga untuk memimpin misi diplomatik ke Eropa.
"Kapal besar ini berangkat dari Toshima-Tsukinoura menuju Nanban pada bulan 9 tanggal 15 [kalender Jepang], dipimpin Hasekura Rokuemon Tsunenaga, dan bawahannya yang bernama Imaizumi Sakan, Matsuki Shusaku, Nishi Kyusuke, Tanaka Taroemon, Naito Hanjuro, Sonohoka Kyuemon, Kuranojo, Tonomo, Kitsunai, Kyuji, berikut beberapa pengikut Rokuemon, juga 40 orang Nanban, 10 orang wakil Mukai Shogen, beserta para pedagang, semuanya ada 180 orang." (Catatan klan Date, Keichō-Genna, Gonoi p. 56).
Misi diplomatik Jepang dikirim untuk membahas perjanjian dagang dengan tahta Spanyol di Madrid, sekaligus bertemu Paus di Roma. Date Masamune memperlihatkan itikad baik terhadap agama Katolik di domain yang dipimpinnya. Ia mengundang Luis Sotelo, dan mengizinkan penyebaran agama Kristen pada tahun 1611. Dalam surat Masamune yang ditujukan kepada Paus, dan disampaikan oleh Hasekura, ia menulis: "Saya menawarkan wilayah kekuasaan saya sebagai markas tugas misionaris Anda. Mohon kirimkan padri sebanyak mungkin."
Sotelo, dalam catatan perjalanan pribadinya, menekankan dimensi religius dari misinya, dan menulis bahwa tujuan utama dari misi tersebut adalah menyebarkan agama Kristen di utara Jepang:
"Saya dulu diutus sebagai duta besar oleh penguasa Kerajaan Oxu [Ōshū] (di bagian timur Jepang) Idate Masamune—walaupun belum dilahirkan kembali dengan cara dibaptis, ia telah menerima katekisasi, dan mengingini iman Kristen disebarkan di kerajaannya—beserta seorang bangsawan lainnya dari istana, Philippus Franciscus Faxecura Rocuyemon, diutus pergi ke Senat Roma, yang waktu itu dipimpin oleh Tahta Apostolik, Bapa Suci Paus Paulus V." (Luis Sotelo De Ecclesiae Iaponicae Statu Relatio, 1634).
Pelayaran trans-Pasifik
Kapal San Juan Bautista yang ditumpangi Hasekura berangkat pada 28 Oktober 1613 menuju Acapulco dengan membawa penumpang 180 orang, termasuk 10 samurai wakil shogun (diutus oleh Menteri Angkatan Laut Mukai Shogen Tadakatsu), 12 samurai dari Sendai, 120 pedagang Jepang, pelaut, pelayan, dan sekitar 40 orang Spanyol dan Portugis, termasuk Sebastian Vizcaino yang menurutnya, "tidak lebih dari seorang penumpang."
Spanyol Baru (Acapulco)
San Juan Bautista tiba di Tanjung Mendocino di tempat yang sekarang disebut California. Sesudah itu kapal berlayar menyusuri pesisir benua Amerika, dan tiba di Acapulco pada 25 Januari 1614. Pelayaran dari Jepang menuju Acapulco memakan waktu tiga bulan. Mereka menunggu di Acapulco hingga ada perintah cara mengatur perjalanan mereka berikutnya.
Perkelahian terjadi antara orang Jepang dan orang Spanyol, terutama Vizcaino, tampaknya karena beberapa perselisihan mengenai cara penanganan hadiah dari penguasa Jepang. Dalam sebuah jurnal kontemporer, sejarawan Aztek kelahiran Amecameca bernama Chimalpahin Quauhtlehuanitzin—nama resmi Domingo Francisco de San Anton Muñon—menulis bahwa Vizcaino terluka parah akibat perkelahian,
"Señor Vizcaino perlahan-lahan mulai sembuh, terluka ketika datang; orang Jepang melukai mereka ketika dia dipukuli dan ditusuk di Acapulco, seperti diketahui orang di Meksiko, karena semua hal yang berkaitan dengan apa yang telah menjadi tanggung jawabnya di Jepang."
Setelah perkelahian terjadi, perintah dikeluarkan pada 4 Maret dan 5 Maret untuk mendamaikan mereka. Perintah mengumumkan bahwa,
"Jepang tidak boleh memiliki kemampuan untuk menyerang di tanah ini, senjata mereka harus diserahkan hingga saat keberangkatan, kecuali Hasekura Tsunenaga dan delapan dari para pengikutnya ... Orang Jepang bebas pergi ke tempat yang mereka inginkan, dan harus diperlakukan dengan baik. Mereka tidak boleh diserang dalam bentuk kata-kata atau tindakan. Mereka bebas menjual barang-barang mereka. Perintah ini telah diumumkan ke orang Spanyol, orang Indian, orang mulato, orang mestizo, dan orang kulit hitam, dan mereka yang tidak menaati peraturan akan dihukum."
Spanyol Baru (Meksiko)
Misi Hasekura berada dua bulan di Acapulco sebelum memasuki Mexico City pada 24 Maret, dan diterima dengan upacara besar. Tujuan utama misi Hasekura adalah pergi ke Eropa. Hasekura dan rombongan tinggal beberapa lama di Meksiko sebelum berangkat ke Veracruz menaiki armada Don Antonio Oquendo.
Chimalpahin menulis tentang kunjungan Hasekura,
"Ini untuk kedua kalinya orang Jepang telah mendaratkan salah satu dari kapal-kapal mereka di pantai Acapulco. Mereka membawa ke sini segala sesuatu dari besi, dan meja tulis, dan sejumlah kain yang mereka jual di sini." (Chimalpahin, "Annals of His Time")
"Di Meksiko sini semua orang tahu dan katanya alasan penguasa mereka, Kaisar Jepang mengirim utusan bangsawan dan duta besar ke sini, adalah untuk pergi ke Roma untuk menemui Bapa Suci Paulus V, dan untuk menyerahkan kepatuhan mereka kepada gereja suci, supaya semua orang Jepang mau menjadi pemeluk Kristen." (Chimalpahin," Annals of His Time ").
Tempat menginap Hasekura adalah sebuah rumah di dekat Gereja San Francisco. Hasekura bertemu dengan Viceroy (wakil raja), dan menjelaskan bahwa dirinya juga memiliki rencana bertemu Raja Philip III di Spanyol. Misinya adalah menawarkan perdamaian dan meminta izin agar Jepang diizinkan datang ke Meksiko untuk berdagang. Pada hari Rabu 9 April, 20 orang Jepang dibaptis, 22 orang lainnya menyusul dibaptis pada 20 April oleh Uskup Agung Meksiko, don Juan Pérez de la Serna di Gereja San Francisco. Semuanya ada 63 orang yang menerima sakramen penguatan pada 25 April. Hasekura menunggu hingga sampai di Eropa agar bisa dibaptis di sana.
"Tapi utusan agung, duta besar, tidak mau dibaptis di sini, dikatakannya bahwa dirinya akan dibaptis kemudian di Spanyol." (Chimalpahin, "Annals of His Time")
Meninggal dunia
Keadaan Hasekura setelah kembali dari misi diplomatik tidak banyak diketahui orang. Sejarawan Kristen kontemporer hanya dapat mengandalkan kabar burung, termasuk beberapa rumor, mulai dari berita ia meninggalkan agama Kristen, menjadi martir, hingga mempraktikkan Kristen secara rahasia. Nasib keturunan dan para pengikutnya yang kemudian dihukum mati karena menganut Kristen, menunjukkan bahwa Hasekura pribadi tetap seorang penganut Kristen yang taat, dan meneruskan imannya kepada para anggota keluarga.
Sotelo kembali ke Jepang, namun tertangkap dan dieksekusi pada tahun 1964 dengan cara dibakar. Sebelum dieksekusi, ia memuji Hasekura yang tiba kembali di Jepang sebagai pahlawan penyebar agama Kristen,
"Kolega saya yang lain, Duta Besar Philippus Faxecura, setelah bertemu raja yang disebutkan sebelumnya (Date Masamune), menerima penghormatan yang luar biasa darinya, dan memulangkannya ke tanah pribadi untuk beristirahat setelah perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan. Ia menikah, memiliki anak-anak, pelayan, dan banyak pengikut yang menjadi penganut Kristen, serta menganjurkan bangsawan lain yang masih kerabat dan handai-tolan untuk memeluk agama Kristen, dan mereka memang melakukannya. Sambil terlibat dalam kerja kerohanian ini dan itu, setahun penuh setelah kepulangannya, setelah memberi banyak pengarahan dan contoh-contoh yang baik, dengan banyak persiapan, ia meninggal dunia dengan saleh, setelah mewariskan kepada anak-anaknya penyebarluasan agama di tanah miliknya, dan perlindungan terhadap pekerja rohani (yakni "anggota ordo keagamaan") di kerajaan. Raja dan semua bangsawan sangat sedih atas wafatnya, tapi khususnya penganut Kristen dan para pekerja rohani yang tahu betul keutamaan dan semangat keagamaan dari pria ini. [Berita] ini adalah apa yang saya dengar dari surat salah seorang pendeta yang memberikan sakramen untuknya, dan sekaligus hadir pada saat kematiannya, dan juga dari orang-orang lain." (Luis Sotelo, De ecclesiae Iaponicae statu relatio).(Luis Sotelo, De ecclesiae Iaponicae statu relatio).
Sewaktu kembali ke Jepang, Hasekura juga membawa pulang beberapa benda-benda rohani. Ia tidak memberikannya kepada Masamune sebagai hadiah, melainkan disimpannya sebagai milik pribadi.
Hasekura Tsunenaga meninggal dunia pada tahun 1622 karena sakit (menurut sumber-sumber Jepang dan Kristen). Lokasi makamnya tidak diketahui dengan jelas. Tiga buah makam dinyatakan sebagai makam Hasekura, salah satunya ada di kuil Buddha, Enpuku-ji (Distrik Shibata, Prefektur Miyagi). Makam lainnya memiliki tanda-tanda yang jelas (bersama batu peringatan untuk Pastor Sotelo) di kuil Buddha, Kōmyō-ji (Sendai).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar