Welcome to Blog Ghea INFO Thank you for your visit Indonesian Language Blog It Is To Use It In Your Language, Use Google Translate

Senin, 15 November 2010

CERPEN : Mimpi dan Impian

Di suatu kota kecil, kota yang penduduknya hanya orang-orang yang terbuang, lahirlah seorang anak laki-laki bernama Mimpi. Mimpi dibesarkan oleh keluarga yang sangat sederhana, keluarga yang selalu dikucilkan oleh orang lain. Hanya beberapa kilometer dari kota itu, terdapat sebuah kota yang sangat modern. Di kota itu lahir seorang anak perempuan bernama Impian. Impian lahir di keluarga yang mapan. Kedua anak itu lahir diwaktu yang sama, hari yang sama, meskipun ditempat yang jauh berbeda. Perbedaan yang sangat menyedihkan.
Mimpi dan Impian, anak yang mempunyai talenta lebih dari pada yang lain. Tapi sayang saat kanak-kanak, Mimpi sudah harus merasakan kehidupan yang keras, Mimpi sudah harus berjualan Koran di kota seberang, yaitu kota kelahiran Impian. sedangkan Impian, selalu dimanja, apapun yang ia mau, pasti diberikan oleh kedua orang tuanya. Itu membuat Impian menjadi anak yang tidak mandiri.Saat mereka seharusnya sudah duduk di bangku sekolah pertama, yaitu di SD, mimpi masih berjualan Koran sedangkan Impian bersekolah dengan sifat manjanya. Mimpi yang hanya bisa pasrah karena kedua orang tuanya tidak bisa menyekolahkannya, padahal Mimpi mempunyai cita-cita sebagai seorang arsitek.
Suatu saat, Mimpi sedang mengantarkan pesanan ke suatu rumah dan ternyata rumah tersebut adalah rumah Impian. Itulah saat pertama kali mereka bertemu. Orang tua Impian sangat iba melihat Mimpi harus berjualan Koran setiap hari padahal seharusnya Mimpi bersekolah. Setelah melihat Mimpi, timbulah rasa malu pada kedua orang tua itu.
Timbulah percakapan antara Mimpi dan Orang tua Impian.
“Siapa namanya, dik?” Tanya kedua pasangan suami istri itu kepada Mimpi
“Mimpi, nama saya Mimpi: jawab mimpi
“Mengapa kamu harus berjualan Koran? Padahal kamu seharusnya bersekolah?” kembali pasangan itu bertanya kepada Mimpi“
Kedua orang tua saya tidak dapat membiayai saya bersekolah.” Jawab Mimpi dengan sedihnya
Dengan perasaan iba, akhirnya orang tua Impian membiayai Mimpi untuk bersekolah. Mimpi yang senang karena ia bisa bersekolah, langsung kembali ke rumahnya dan menceritakannya kepada kedua orang tuanya. Setelah mendengar berita tersebut, kedua orang tua Mimpi sangat senang dan gembira. Orang tua Mimpi langsung mendatangi rumah Impian dan mengucapkan terima kasih.Impian yang mendengar cerita tersebut langsung merasa cemburu, karena kedua orang tuannya memperhatikan orang lain.
Maklum saja Impian selalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Impian sama sekali tidak mau berteman dengan Mimpi.Hari demi hari dijalani, Mimpi selalu menunjukan yang terbaik. Ia selalu mendapatkan hasil yang terbaik di setiap pelajaran. Impian pun semakin cemburu dan semakin membenci Mimpi. Sudah setahun berlalu Impian masih merasakan kecemburuannya.
Hingga mereka berdua duduk di bangku sekolah SMP, Impian pun sama sekali benci dengan Mimpi. Sampai akhirnya kedua orang tua Impian mengetahui hal ini. Kedua orang tua itu berinisiatif untuk mengajak liburan Impian ke rumah Mimpi selama beberapa Minggu saat liburan sekolah nanti.
Liburan sekolah pun telah tiba, Orang tua Impian mulai melaksanakan rencananya.
“Impian, liburan kali ini kita akan pergi ke tempat yang spesial”
Kedua orang tua itu pun mulai membuat Impian penasaran.Impian sangat senang mendengarnya, ia langsung pergi ke kamarnya dan mempersiapkan barang-barangnya. Pada malam hari sebelum berangkat, kedua orang tua Impian diam-diam pergi ketempat Mimpi. Kedua orang tua itu menceritakan apa yang ingin mereka lakukan. Orang tua Mimpi pun menyetujuinya. Untung saat itu Mimpi sudah tidur jadi ia juga tidak mengetahui apa yang akan terjadi.
Keesokan hari pun tiba, Impian bergegas bangun dan bersiap-siap. Impian masih belum tahu apa yang telah direncanakan kedua orang tuanya. Hingga akhirnya Impian tiba di kota kelahiran Mimpi. Impian yang bingung langsung bertanya kepada ayahnya.
“ayah, kenapa kita kesini? Bukannya kata ayah kita akan pergi ketempat special?” Tanya Impian kepada ayahnya.
Sang ayah hanya tersenyum, Impian pun semakin bingung. Mereka sekeluarga pun tiba di rumah Mimpi. Rumah yang kecil, kumuh, dan hanya beratapkan jerami. Sungguh rumah yang sangat tidak layak. Lingkungan sekitar pun sama, kotor, kumuh, dan tidak terawat. Impian merasa sangat bingung dan kaget. Ia berpikir mengapa ayahnya mengajak ia kesini. Mimpi pun keluar dari rumahnya untuk kembali berjualan koran. Mimpi dan Impian sama-sama kaget. Mereka berdua sama sekali tidak percaya.
“Mengapa Mimpi ada disini?” teriak Impian karena kaget.
Hal yang sama pun terjadi kepada Mimpi. Mereka benar-benar kaget. Kedua orang tua Impian hanya menjelaskan bahwa mereka akan berlibur di rumah Mimpi. Tak lama kemudian kedua orang tua Mimpi pun keluar dari rumah dan menyambut keluarga Impian. Karena sebelumnya Mimpi berniat ingin berjualan koran, Mimpi pun langsung bergegas pergi tanpa memikirkan Impian, tetapi kedua orang tua Impian menyuruh Impian untuk ikut berjualan bersama Mimpi. Impian kaget dan langsung menolaknya. Setelah dipaksa akhirnya Impian mau berjualan bersama Mimpi. Dengan rasa kesal Impian mengikuti Mimpi dari belakang.

“huh..... Mimpi mau kemana kita, aku sudah capek nih” keluh Impian kepada Mimpi.
Mimpi pun hanya bisa diam dan terus berjalan. Hingga akhirnya Mereka sampai di distributor koran. Impian yang merasa lelah karena ia tidak biasa berjalan jauh, mulai memberontak dengan tidak mau berjalan lagi. Mimpi menghiraukan Impian dan terus melanjutkan pekerjaannya. Impian yang tidak mau ditinggal langsung lari mengejar Mimpi.
“Mimpi.... tunggu.. jangan terlalu cepat.” Teriak Impian mencoba untuk mengejar Mimpi.
Impian sangat lelah, padahal perjalanan mereka untuk sampai di kota Impian masih sangat jauh. Impian pun mulai merasa mengagumi Mimpi. Impian mulai diam dan memperhatikan Mimpi. Ia mulai tidak mengeluh lagi. Setelah melihat Mimpi berjualan koran dan pengorbanannya dalam pekerjaan itu, Impian mulai merasa malu dan merasa sangat bersalah. Ia sangat merasa bersalah, karena ia selalu membenci Mimpi.
Hari pun sudah sore.Saatnya Mimpi dan Impian untuk kembali ke rumah. Impian yang merasa sangat bersalah hingga ia tidak bisa tidur semalaman. Ia terus memikirkan dan membandingkan ia dengan Mimpi.Setelah satu minggu, Impian pun sudah mulai berubah. Ia tidak lagi mengeluh. Ia mulai terbiasa hidup seperti Mimpi. Ia menjadi tidak manja lagi. Kedua orang tua Impian pun merasa sangat senang dengan perubahan yang dialami anaknya.
Libur sekolah pun sudah selesai.Mimpi dan Impian kembali bersekolah. Sekarang mereka berdua menjadi sahabat yang sangat akrab. Bersama dengan Mimpi, Impian mulai menjadi salah satu murid terpandai disekolahnya. Tahun demi tahun dijalani. Mereka berdua bertambah akrab. Mereka berdua pun sama-sama bercita-cita sebagai Arsitek.
Sekarang mereka pun sudah duduk dibangku kuliah. Mereka berhasil masuk di jurusan arsitek di universitas nomor satu di negara itu. Kedua orang tua mereka merasa sangat bangga.Mimpi dan Impian bisa kuliah dengan beasiswa sebagai murid terbaik di sekolahnya dulu. Hingga saat Mimpi dan Impian sedang menjalani skripsi. Mimpi mendapat kabar dari kotanya, bahwa ayahnya meninggal karena stroke dan ibunya pun juga meninggal karena tidak bisa menerima suaminya meninggal. Mimpi pun sangat sedih. Skripsnya terbengkalai. Beruntung ada Impian yang menyemangati Mimpi.
“Mimpi, jangalah terus bersedih. Pikirkanlah kuliahmu. Pasti kedua orang tuamu mau supaya kamu lulus kuliah dan menjadi arsitek terkenal.” Bujuk Impian kepada Mimpi.
Setelah 3 hari akhirnya Mimpi terbujuk. Mimpi kembali bersemangat untuk mengerjakan tugas terakhirnya. Hari sidang pun tiba. Mimpi dan Impian berhasil melewatinya dengan sangat baik. Mereka berdua pun lulus sebagai arsitek dengan nilai tertinggi.
Selang beberapa hari setelah kelulusannya. Mimpi dan Impian sudah mendapatkan pekerjaan. Mereka berdua pun sangat senang. Mereka diminta untuk membangun sebuah rumah untuk presiden negaranya saat itu. Pekerjaan yang sangat membanggakan. Mereka pun langsung memulai perencanaannya dan langsung membangunnya. Setelah lima bulan rumah yang mereka bangun pun selesai dengan sempurna. Presiden negara itu pun sangat takjub melihat rumahnya yang dibangun oleh kedua arsitek itu.
Semenjak saat itu mereka berdua menjadi sangat terkenal. Setiap hari pasti ada pekerjaan yang mendatangi mereka. Penghasilan mereka pun sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Mereka pun juga membuat sebuah kantor arsitek yang banyak memperkerjakan arsitek-arsitek handal.Suatu saat Mimpi merasa ada yang kurang. Ia tidak puas dengan apa yang telah ia bangun. Ia mulai mencari kekurangan itu. Impian pun membantunya. Setelah berpikir cukup panjang, akhirnya Mimpi teringat akan kampung halamannya.
“Impian, aku rindu dengan kampung halaman ku. Kamu mau ikut pergi bersamaku?” tanya Mimpi kepada Impian..
Impian hanya mengangguk.Mimpi pun bergegas pergi ke kampung halamannya. Setelah sampai, Mimpi sangat kaget. Kampung halamannya semakin tidak terawat. Rumah-rumah sudah banyak yang runtuh. Seperti habis terkena angin topan saja. Mimpi sangat sedih. Impian mencoba membantu Mimpi. Ia memberikan sebuah ide kepada Mimpi.
“Mimpi, bagaimana penghasilan kita berdua yang kita telah kumpulkan, kita pakai untuk membangun kota ini?” tanya Impian kepada Mimpi.
Mimpi pun berpikir dan akhirnya menyetujuinya. Satu persatu lahan dikota itu dibangun kembali. Impian pun juga membantu dengan menelfon teman-temannya untuk bekerja di kota ini. Satu persatu teman Impian datang ke kota itu untuk bekerja sesuai pekerjaan yang telah ditekuni. Dan kota itu pun menjadi berkembang. Kini kota itu sudah menjadi kota besar yang penduduknya sudah tidak dikucilkan lagi. Penduduk dikota itu sudah berubah menjadi lebih baik.
Mimpi dan Impian pun mulai merasakan adanya kecocokan diantara mereka. Mereka berdua pun sudah saling mengenal satu sama lain. Karena itu, Mimpi pun memberanikan diri untuk melamar Impian ke jenjang pernikahan.
“Impian, dulu kita sama sekali tidak saling mengenal, hingga kita dipertemukan, meskipun kamu dulu pernah membenci saya. Hingga kita dibuat dekat oleh kedua orang tuamu. Kita telah menjalani hari-hari dengan bersama. Susah, senang telah kita lalui.” Kata Mimpi kepada Impian dengan tersendat-sendat.
“Benar, kita sudah menjalani kehidupan dengan bersama hingga sekarang. Memang kenapa Mimpi?” Tanya Impian kepada Mimpi.
“Impian… Apakah kamu mau menikah dengan saya?” Tanya Mimpi kepada Impian dengan berani.
“A…aa..apa? Benarkah itu yang kau ucapkan Mimpi?” kembali Impian bertanya kepada Mimpi.
Mimpi pun mengangguk. Dengan hati yang senang Impian menerimanya. Pesta pernikahan pun diadakan. Pesta pernikahan yang sungguh meriah. Pada hari itu juga, mereka telah menjadi pasangan yang sangat berbahagia.Satu tahun pun berlalu. Mereka telah dikaruniai anak pertama mereka.Seorang bayi laki-laki yang lucu dan menggemaskan. Mereka sangat menyayangi anak mereka. Mereka selalu memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anaknya.
Selang beberapa tahun, mereka kembali dikaruniai seorang anak Kali ini mereka mendapatkan seorang perempuan yang cantik. Kebahagiaan mereka pun bertambah. Mereka pun juga memberikan Kasih sayang dan perhatian yang sama kepada anak perempuannya.
Berkat didikan dan kasih sayang yang diberikan oleh kedua orang tua mereka, saat mereka dewasa, mereka menjadi orang yang sukses di bidangnya masing-masing. Sang anak laki-laki berhasil menjadi seorang anggota polisi khusus yang bekerja di Badan Keamanan Dunia dan saang anak perempuan pun berhasil menjadi seorang dokter yang bekerja di WHO Sungguh keluarga yang sangat bahagia. Seluruh dunia pun telah mendengar kisah sukses ini. Para presiden di dunia pun setuju untuk mengangkat Mimpi dan Impian menjadi Arsitek nomor satu di dunia. Atas kinerjanya juga, anak laki-laki mereka diangkat Kepala Polisi Dunia dan Anak perempuan mereka pun diangkat sebagai Sekretaris jendral WHO.

Artikel Terkait:

Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar