Welcome to Blog Ghea INFO Thank you for your visit Indonesian Language Blog It Is To Use It In Your Language, Use Google Translate

Senin, 15 November 2010

CERPEN : Di Taman Sorga

pertama aku di kota ini, cuaca terasa sangat panas sekali, matahari bagai di atas ubun ubun saja, mataku berkunang kunang, tubuhku bagai terpanggang oleh angkuhnya peradaban, lalu lintas sangat padat mobil, motor dan orang yang berjalan kaki berseliwaran, inikah yang membuat kepala ku pusing, tidak juga, yang membuatku pusing bukan itu semua, ada  sesuatu yang mengganjal, sebenarnya aku meyakini apa yang sudah ditetapkan oleh sang maha pengatur, kita masih diberi kesempatan untuk menentukan arah yang kita harapkan, itu tidak ku sangsikan lagi, namun perasaan ku penuh dengan tanda tanya, sebenarnya pertanyaan ku ini sangat konyol, ke konyolanku seperti si pembeli yang datang ke toko beras, masih bertanya ada beras kah?,  tapi entah itulah yang ada dalam benakku, pertanyaan ini muncul setelah aku tinggal di kota, waktu di desa tidak pernah bahkan tidak terpikir olehku. Berbeda sekali sewaktu aku di desa yang damai, sejuk, penuh ke akraban. Begitu angkuhnya kota ini, begitu acuh tak acuhnyakah masyarakat kota, pikirku.Aku merasa kehilangan sesuatu, aku termenung di tepi trotoar menatap orang yang wara wiri, aku jadi teringat dengan puisi yang dibuat oleh temanku, bejjo:Aku baru sadar, kalau hari mulai berakhirLangit merah kekuning kuninganBurung burung kembali ke peraduannyaPara gembala kelihatan letih Bunga malam menampakkan jati dirinyaCahaya mentari mulai memudarSeorang ibu berteriak kepada anaknya agar menghidupakan pelitaAku mulai merasa ada yang hilang Dalam kesendiriankuHayalku terhenti, ketika sebuah nama dikumandangkanAku berjalan kepancuranAku masih merasa ada yang hilang Ketika ku basuh mukaku menyatu dengan air mataAku masih mencariOh dimanakah kiranya Belum juga ku temukan yang ku cari Aku buta, tak mampu mencari arahBimbinglahtuntunlahtunjukilah ke jalan kebenaranah…itukan hanya sebuah puisi, perasaanku tidak bisa disamakan dengan isi sebuah puisinya temanku itu. Aku sangat haus sekali, kerongkonganku kering, bagai di gurun sahara, namun hatiku lebih kering lagi, ada kah air yang dapat menghilangkan dahaga jiwaku.Aku melihat di depanku ada sebuah kedai minuman, apakah ini patamorgana, oh…tidak, itu betul kedai mnuman, akupun mampir dan memesan es kelapa muda inilah minuman kesukaanku waktu di desa, aku berharap ini akan menghilangkan dahaga ragaku, dan mengurangi kepeninganku. Namun bagaimana dengan jiwaku dengan apa aku menghilangkan dahaganya.***Di dalam kedai itu ada sepasang muda mudi lagi minum jus alpukat, kadang mereka bergantian meminum punya pasangannya, padahal keduanya memesan minuman yang sama, mereka minum sambil bercengkerama dan mengikat janji, ah gombal.., aku membatin,  aku menatap mereka, namun mereka seperti tidak peduli, atau mereka pura pura tidak peduli, seperti sang prianya dengan kepura-puraannya, mungkin sang wanita itu tidak tahu atau sudah tahu, namun juga pura pura tidak tahu akan ke pura puraan sang pria, karena lagi mabuk cinta,…ah cinta, seperti apa itu cinta.  ?.Sebenarnya kalau aku mau, tiga kali tegukan es kelapa ku sudah habis, namun aku berpura pura meminumnya, padahal sebenarnya aku hanya meletakkan gelasnya saja ke bibirku airnya tidak ku minum, ini ada maksudnya agar aku bisa lebih lama mengamati sepasang remaja yang di mabuk cinta itu, apakah ini dosa,…ah dosa, apa peduliku dengan dosa, toh mereka yang tahu agama saja suka menghujat, memfitnah, menggibah, atau bahkan ada saja yang tahu agama menyampaikan ajaran agama hanya untuk kepuasan pendengar, kemudian dia dapat uang, tentang apakah ajaran itu di amalkan oleh yang mendengar atau dia sendiri sudah mengamalkan apa yang dia sampaikan, yah… hal itu seperti yang anak anak bilang “epen kah”.Sesaat kemudian sepasang remaja yang dimabuk cinta itu beranjak pergi dengan bergandengan tangan. Mesra sekali.., gumamku, lalu mereka naik motor, rapat pelukan sang remaja putri ke pinggang prianya, melebihi pasangan yang sudah menikah, atau memang demikian, mesra sebelum menikah, kalo sudah menikah…., tak tahu lah aku, pusing.Aku sudah mau menghabiskan es kelapa ku, tinggal satu tegukan saja lagi, tiba tiba ada sepasang pria dan wanita lain masuk ke kedai itu, aku yakin mereka suami istri, sang pria berjalan lebih dulu diikuti oleh wanitanya, wanita itu terpelesat dan jatuh karena terinjak kulit pisang, sang pria membalikkan badan, namun aneh melihat wanitanya terpeleset dan jatuh bukannya menolong, malah menyalahkan wanitanya kenapa tidak hati hati, sang wanita berdiri perlahan sambil menahan sakit. Sang pria bertanya kamu mau minum apa, sang wanita menjawab terserah mas saja, sang pria bertanya lagi dengan nada yang agak kesal, akhirnya wanita itu pesan jus nangka, sedangkan sang pria pesan jus melon. Selama mereka minum hanya diam saja, tidak ada pembicaraan apalagi bercanda, bahkan sekilas aku melihat senyumpun tidak ada.***Malam minggu, katanya sih malam panjang, apanya yang panjang, perputaran waktunya kan sama saja dengan malam sabtu, malam jum’at atau malam lainnya. Yang ku tahu dari ustazku bilang, malam itu ada terbagi tiga, pertama apabila malamnya diisi dengan amaliah, maka itu malam berkah (beruntung), kedua  apabila malam itu hanya diisi dengan tidur, maka malam itu malam merugi dan ketiga apabila malam itu diiisi dengan yang sia sia, maka malam itu malam celaka.Sudah pukul delapan malam tidak ada satupun teman aku yang datang, biasanya banyak yang nongkrong di rumah kontrakaknku, aku jadi bĂȘte, keluar aja …sekalian cari angin.., pikirku, kenapa harus keluar cari angin dalam rumah juga ada angin…, hatiku mengingatkan, tapi aku tetap keluar. di atas motorku yang jalannya tidak begitu kencang, sambil mikir aku mau kemana, ah… ke taman kota aja pikir ku, apalagi aku belum pernah ke taman kota sejak aku datang di kota ini, selama ini hanya mendengar cerita saja, katanya sih di taman kota itu bagaikan sorga dunia, emangnya sudah pernah ke sorga, sesampainya di taman kota yang luasnya menurut perasaanku sekitar separo lapangan bola, dihiasi bunga yang beraneka jenis penuh warna warni, ditambah dengan lampu hias yang sangat mempesona, ditengahnya ada air mancur yang juga ada lampunya, luar biasa indah, aku cari tempat duduk, mulai pintu selatan aku mengitari taman ini belum ketemukan tempat duduk yang kosong, sudah separo taman ku lewati tak satupun ada yang kosong, hampir sampai di pintu dimana aku masuk tadi, ada tersisa beberapa tempat duduk lagi, ada sepasang muda mudi yang sangat menjadi perhatianku, maksudku prianya, sepertinya aku kenal dengan pemuda itu, aku memutar otak mengembalikan ingatan ku, aku sambil berjalan, sesekali aku membalikkan badan untuk melihat kembali pemuda itu, agar ingatan ku kembali, akhirnya aku benar benar hampir sampai di pintu aku masuk tadi, aku baru ingat itu pemuda yang sebulan lalu sama sama minum di sebuah kedai, tapi wanitanya lain lagi, siapa wanitanya yang dulu dan siapa wanita yang sekarang, atau dia memang sudah ganti pasangan, semudah itu kah gonta ganti pasangan.Sekarang aku sudah sampai betulan di pintu aku masuk tadi, ternyata aku terlambat, sudah terisi semua, perkiraan ku 99,9 %, yang menempatinya adalah pasangan remaja, mereka asyik bersenda gurau, kadang terdengar tertawa lepas, seperti tidak ada beban, kemanakah orang tua mereka ini, ah itu bukan urusanku. Ini kah yang di katakana sorga, ya sorga bagi pasangan muda mudi yang dimabuk cinta, cinta lagi…aku semakin pusing.Aku membatalkan duduk di taman, aku kembali berpikir harus kemana lagi, aku naiki motorku dalam keadaan pikiran yang masih ngambang. Malam semakin larut, angin malam mulai merayapi seluruh pore poreku, dingin…, gumamku, aku masih mendua; apakah mencari tempat lain atau pulang. Keramaian kota mulai berkurang, orang orang yang lalu lalang sudah berkurang seiring semakin larutnya malam, aku belum ada pilihan; harus kemana ?, lalu aku menghentikan motorku.Kulihat jam tanganku, menunjukkan jarum panjangnya ke angka 10 sedangkan jarum pendeknya hampir ke angka 12, aku masih duduk di atas motorku tepat di depan sebuah mall yang pengunjungnya sudah berkurang, bahkan sudah ada beberapa stannya yang tutup, dalam kebimbangan menentukan pilihan harus kemana, disaat itu ada seorang wanita cantik sebaya denganku menatap tajam, ah sudah tua itu…hatiku berucap, aku menoleh kebelakang tidak ada orang lain hanya aku, berarti wanita itu menatapku, kembali aku melihat ke wanita itu dia tersenyum, karena aku yakin dia senyum kepada ku, aku pun membalas senyumnya.Ah…senyum manisnya membuat aku terpesona, pakaiannya sangat ketat dan seksi terlihat lekuk tubuhnya yang aduhai, kulitnya yang putih mulus bagai bidadari turun dari kayangan, dia mendekat, wah… berani sekali wanita ini, beginikah wanita kota, kalo dia senang dia berani mendahului laki laki…, pikirku, ah… peduli amat dengan tata krama, semakin dekat dan semakin dekat, tanpak kecantikan wajahnya dan kemulusan kulitnya, aku tambah terpesona, dadaku berdetak keras, hati ku bergemuruh, maklum aku belum pernah didekati seorang wanita cantik, parfumnya yang menyengat, membuat aku pusing, namun tatapanku tak lepas dari wanita itu dan wanita itu semakin ku tatap semakin bergaya, memancing birahiku, maklum masih normal.Tinggal berjarak sekitar setengah meter lagi, dia bertanya - yang sebenarnya aku baru dengar kata kata itu yang keluar dari mulut wanita- main mas…?, aku bertanya, main apa..?, dia jawab, mojok.., aku bertanya lagi, main apa dengan mojok..?, dia semakin genit, ah.. masa.. mas seganteng ini tidak mengerti, katanya lagi - aku baru ingat teman tetanggaku bilang tentang hal hal dunia malam - akupun mengerti maksudnya, imanku hilang, lenyap dibawa oleh dinginnya angin malam, akupun tergoga rayuannya, berapa..? tanyaku, dia mengangkat lima jari, lima ribu kataku, ah mas ini bisa aja, lima puluh ribu dong…, katanya. Kemana.. ?, tanyaku lagi, taman kota.., jawabnya, okay…ayo naik..! kataku, dia naik di motorku, langsung ku pacu motorku maklum sudah kebelet mau pipis, dia memeluk sangat kuat, aku semakin bersemangat. Sesampainya di taman kota yang suda mulai sepi, hanya tinggal beberapa pasang muda mudi saja, kami cari tempat agak tersembunyi di sela tanaman bonsai, disini  agak gelap namun masih ada sinar lampu yang masih samar samar tapi masih terlindung dari orang yang lewat.Wanita itu mulai melepas satu persatu pakaiannya yang melilit di badan, aku bagai menari di atas awan, aku menikmati pemandangan ini, mataku meletot tajam dadaku semakin bergemuruh, jantungku berdetak keras, semakin keras dan aku sampai susah bernapas, badanya yang empuk kupeluk erat, napasku semakin ngos ngosan, dan ah…, ternyata aku sedang memeluk guling, karena kerasnya pelukanku, dan guling itu menutup hidungku  sehingga aku susah bernapas. Ku lepas guling itu, aku bangun dan kulihat di jendela ternyata aku masih di desaku.

Artikel Terkait:

Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar