Rambut ikalnya yang acak – acakan semakin tak karuan bentuknya, seperti rumput teki yang keluar dari otaknya yang telah buntu memikirkan kerinduan akan nasib baik. Angin malam tak ia gubris, sajian dinginnya telah ia jadikan teman setia yang lambat laun akan merusak rongga tubuh cekingnya.
Perlahan ia keluarkan selembar kertas dari saku kemeja kucelnya. Ia tatap wajah cantik nan ayu yang ada diselembar kertas itu. Sebuah photo wanita muda dengan bibir yang tak lepas dari senyuman, menasbihkan ketentraman hati. Berbanding terbalik dengan laki – laki yang kini sedang menjamah photonya.Dari kejauhan, kilauan lampu – lampu kapal terlihat begitu cantik, melambai – lambai membisu menawarkan fatamorgana kebahagian, namun hening dalam sepi. Hanya deburan ombak yang terdengar lirih, menjadi nyanyian syahdu dalam ruang kosong hati Ilham. Kedalaman laut yang ada didepannya mengejek dengan bahasa bisu akan kedangkalan hati dan pikiran ilham.
Bagi Ilham, kini hidup adalah pengembaraan yang tak jelas, hanya menawarkan sedikit pilihan untuknya. Ia hanyut dalam lingkaran itu, menjelma menjadi debu –debu yang terpenjara dalam dimensi yang hilang. Kesepian dan pencariannya akan hidup semakin menjauhkan ia akan hidup itu sendiri. Kini antara ada dan tiada, dia masuk kedalam dimensi itu semakin dalam.
Sekali lagi ia tatap photo itu, dari bibir hitam nya yang kering terdengar suara lirih bernada perih “ Imelda…..”
Si wanita tetap membisu dengan senyum anggunnya, sepoi – sepoi angin malam mengelus wajah cantiknya yang erat kuat mawujud di lembaran photo. Giliran tangan ilham yang kini mengelus, tangan kasarnya nampak lembut bergerak menyusuri wajah itu, mencumbu dengan gerak lembut jemari mozart dalam nyanyian melankolis.
Sudah hampir dua tahun, Ilham mencari wanita itu. Mengembara dalam bayangan masa lalu yang penuh cita, tergambar begitu jelas senyuman kedua insan yang saling berjanji untuk hidup bersama dalam ikatan suci. Rama dan shinta menjadi cerita suci yang mereka lantunkan di lubuk hati, dengan yakin pula mereka menjadi sosok romeo dan juliet yang menentang orang tua demi cinta dan jiwa.
Imleda adalah sosok wanita dengan daya pikat luar biasa, dengan keanggunannya ia mampu merangkum cinta dalam satu senyuman. Para pejuang telah banyak ia tumbangkan dalam pertempuran cinta yang ia kobarkan. Tak satu pun pejuang yang mampu meluluhkan nya, usaha mereka seolah sia –sia dengan prinsip kuat yang tertanam di hati sang putri.
Bagi Imelda cinta adalah jiwa, yang harus teratanam kuat dalam ruh – ruh manusia sampai maut menjemput. Ia berpikir bahwa kebanyakan laki – laki yang berusaha untuk memikatnya hanyalah golongan kumbang jalanan yang hanya ingin menikmatinya dengan sesaat. “ Mereka bertempur untuk bukan untuk jiwaku tapi untuk kulit dan dagingku” , ucapnya.
Pikiran itu yang membuat imelda bertahan dari kumbang yang coba menghisap dan menyengatnya. Sampai pada satu saat, datanglah seorang lelaki, tapi bukan untuk berjuang, lelaki itu sedikit bicara cinta, ia hanya menawarkan tatapan matanya yang tulus akan arti cinta. Lelaki itu memang punya hasrat untuk berjuang pula, tapi ia merasa terlalu redup dibandingkan lelaki lainnya. Ia seperti teredusir oleh prasangka dirinya sendiri.
Lelaki ini berbeda dengan lelaki lainnya, bahkan sangat berbeda. Ia hadir dengan sosok yang tak menarik, gaya rambut bob marley dengan tampilan elvis presley yang dua minggu tak mandi. Sungguh gaya yang tak menggugah selera kaum hawa. sosok kumal ini tampil dihadapan imelda dengan gaya yang bertolak belakang, seperti perlawanan arus laut selatan dan utara.
Tapi ini adalah dunia, segala fenomena unik bisa saja terjadi, dimana logika kadang terbalik dan rasio kadang macet oleh karat pikiran. Imelda untuk pertama kali mampu tertarik pada seorang lelaki, lelaki yang hadir dalam bentuk salah kaprah ini. Entah apa yang ada dalam pikiran imelda, tapi sekali lagi, ini adalah dunia dimana rasio terkadang berputar pada poros yang salah. Bagi Imelda, kagum pada lelaki ini bukanlah kesalahan tapi sejatinya benar.
Imelda kagum pada Ilham akan kederhanaan dan kepolosannya dalam bertingkah. Karakter iIlham bagi Imelda hampir sama dengan Steven seagel yang kalem atau Bruce willis yang acak – acakan tapi jantan. Ia terpesona oleh ketulusan tatapan Ilham, begitu defensif namun menyimpan arti yang terbuka.
Sebagai seorang lelaki, Ilham tak terlalu pintar untuk menangkap sinyal cinta dari Imelda, pemancar yang tertanam dalam otaknya kurang sensitif, mungkin terlalu lama disimpan dan tidak digunakan, karat yang ada dalam sensitivitas pikiranya perlu sedikit dibersihkan oleh keyakinan dia akan dirinya sendiri. Ilham terlalu lama terbenam oleh rasa kurang percaya diri, disinilah letak kepolosan Ilham dalam menerjemahkan hidup dan segala sesuatu yang mengelilingi hidup, termasuk wanita.
Lambat laun, Ilham menyadari bahwa setiap sikap atau ucapan yang dilontarkan Imelda adalah sesuatu yang harus segera ia terjemahkan. Hasilnya cukup membuat Ilham bingung, karena putri yang selama ini menjadi sasaran tembak para pejuang, akhirnya kalah oleh dia walapun dengan tidak menggunakan senajata cinta, sang putri terbujur kaku dalam melodrama cinta yang sama sekali tidak ia susun.
Bagi Imelda dan Ilham pertautan cinta mereka laksana Rama dan Shinta, tapi bagi orang lain lebih seperti Beauty and The Beast, keserasian mereka hanya untuk mereka sendiri tapi terlalu timpang dimata yang lain. Bukan untuk sekedar fisik, tapi lebih dari itu mereka ada dalam ketimpangan yang nyata. Imelda dengan perusahaan ayahnya yang luar biasa sangat mencolok dihadapan keluarga Ilham yang serba tak ada. Hal ini bisa ditebak, keduanya terganjal oleh restu.
Pada akhirnya restu inilah yang memisahkan mereka. Atas dasar titah dan rekomendasi sang ayah, Imelda meninggalkan kota ini, pindah ke Ibu Kota untuk menuntu Ilmu. Rama kalut ditinggal Shinta, ia merana dalam balutan hampa dan meronta dalam daya sepi yang terlalu kuat mengikat. Membuatnya seperti hilang dalam bungkus kabut yang tumbuh pekat dipikirannya.
Tak kuasa menahan rindu, akhirnya Ilham mengasah golok yang sudah lama tumpul di pikirannya. Dengan memberanikan diri, lelaki ini mengembara mencari Imelda, menyusuri tempat – tempat yang belum ia kenal di Ibu Kota dengan bekal tekad. Ilham bekerja sebagi kuli serabutan, badannya memang kurus kecil, namun berkat pekerjaan fisik di kampungnya dulu, telah mengolahnya menjadi seorang samson ceking.
Menjauhnya Imelda dari sang kekasih hati di kampung, membuat imelda sengsara. Hatinya remuk redam oleh kerinduan. Bungkus raganya yang dulu nampak begitu indah dengan pesona balutan yang menawan. Lambat laun teredusir, terkikis oleh erosi waktu, dimana sang waktu telah menderanya oleh cambukan – cambukan bathin yang menyiksa. Imajinasinya akan sang Rama membuat luntur secar emosi, bahkan fisik.
Kekuatannya dulu akan prinsip hidup, semakin lama semakin menurun. Tasbihnya akan kesucian hidup seperti dipermainkan oleh kesunyian dan penderitaan akan rindu yang begitu kuat. Terlalu sulit baginya untuk menghubungi Ilham, menggunakan apa. Bahkan untuk satu buah Handphone second murah pun Ilham tak punya. Dirumahnya, Ilham hanya memiliki satu TV Hitam putih tempo dulu, dan satu antane yang terpasang sedikit bengkok. Mana mungkin antena itu mampu menangkap sinyal Handphone. Pada akhirnya Imelda terperosok akan sugesti diri negatif yang begitu kuat dan menyiksa.
Kini, didermaga dingin Ilham terus menatap photo yang seolah hidup memberikan senyum nya. Keindahan senyumnya memantapkan kekuatan yang luar biasa bagi ilham untuk tetap bertahan mencari. Ia tak pernah tahu harus kemana mencari ditengah besarnya ibu kota, Ia hanya mengikuti langkah kaki dan irama cinta yang ditebarkan photo itu. Entah sampai kapan ia akan mencari. Kini tepat dua tahun lalu Imelda dan Ilham terpisah.
Sementara itu, dari kejauhan Imelda menatap Ilham, tersenyum getir dan pahit. Raganya bukan lagi kulit dan daging, kini ia hanya cahaya yang melayang tak kasat mata. Melayang di antara bumi dan langit, ia mendekati Ilham. Namun ilham tetap membisu dengan tatapan kosongnya. Imelda sadar, Ilham takan mampu melihat dia. Disini di dermaga ini sebulan lalu, Imelda tewas terjatuh disaat matanya menatap lautan mengharap sang kekasih datang dari seberang. Kini ia telah bertemu sang kekasih namun terpisahkan dalam dunia yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar